Namun,
seperti alat analisis lainnya, PBV tidak bisa digunakan secara sembarangan.
Artikel ini akan membahas secara komprehensif apa itu PBV? Price to Book
Value , bagaimana cara menghitungnya, serta mengapa pemahaman konteks
industri sangat penting sebelum mengambil keputusan investasi.
Apa itu PBV? Harga terhadap Nilai Buku
Apa itu PBV? Harga terhadap Nilai Buku
PBV
(Price to Book Value) adalah
rasio yang membandingkan harga pasar saham dengan nilai buku
perusahaan . Nilai buku sendiri mencerminkan total aset perusahaan
dikurangi kewajibannya, yang secara sederhana bisa dianggap sebagai “nilai
bersih” perusahaan bila semua aset dijual dan utang dibayar.
PBV
dihitung dengan rumus:
ini
MenyalinSunting
PBV = Harga Saham / Nilai Buku per Saham (Book
Value per Share)
Nilai
buku per saham dapat diperoleh dari:
matematika
MenyalinSunting
Book Value per Share = (Total Ekuitas – Saham Preferen)
/ Jumlah Saham Beredar
Misalnya,
jika harga saham PT ABC adalah Rp5.000, dan nilai buku per sahamnya adalah Rp2.500,
maka:
ini
MenyalinSunting
PBV = 5.000 / 2.500 = 2
Artinya,
investor membayar 2 kali lipat dari nilai buku perusahaan.
Contoh Perhitungan PBV Saham Indonesia
Agar
lebih konkret, mari kita lihat contoh nyata dari emiten populer di Bursa Efek
Indonesia.
📌 Studi Kasus: Saham Bank BCA
(BBCA)
- Harga saham: Rp9.500
- Total ekuitas: Rp250 triliun
- Jumlah saham yang beredar:
123 miliar lembar
- Maka, nilai buku per saham:
MenyalinSunting
250.000.000.000.000 / 123.000.000.000 = Rp2.032
- PBV = 9.500 / 2.032 = ±4,67
Dengan
PBV sebesar 4,67, secara teknis saham BBCA “lebih mahal” dibandingkan nilai
bukunya. Tapi apakah itu berarti tidak layak dibeli? Belum tentu.
Interpretasi PBV Berdasarkan Industri
Banyak
pemula yang salah mengartikan PBV. Angka < 1 dianggap murah, > 1 dianggap
mahal. Namun kenyataannya, PBV harus dilihat dalam konteks industri dan
fundamental bisnis .
1. Sektor Perbankan
Bank
memiliki aset keuangan yang besar dan transparan. PBV 2–4 tergolong normal,
tergantung pada efisiensi dan profitabilitasnya. BBCA misalnya, memiliki PBV
yang tinggi karena kinerja laba dan ROE yang konsisten di atas rata-rata
industri.
2. Sektor Properti
Saham properti
terkadang punya PBV < 1 karena nilai aset (tanah, bangunan) tidak tercermin
penuh dalam laporan keuangan. Namun, PBV yang rendah ini juga bisa menandakan
stagnasi atau beban utang yang tinggi.
3. Sektor Teknologi
Banyak
perusahaan teknologi yang memiliki aset tak berwujud seperti perangkat lunak,
merek, atau paten. Akibatnya, PBV bisa sangat tinggi atau bahkan tidak relevan.
Untuk sektor ini, metrik seperti Price to Sales atau EV/EBITDA lebih berguna.
Kapan PBV Layak Digunakan?
PBV
sangat berguna saat:
- Menganalisis perusahaan
berdasarkan aset nyata seperti perbankan, manufaktur, atau properti.
- Menilai apakah saham
undervalued secara historis.
- Perbandingan antar
perusahaan dalam satu sektor yang sama .
Namun,
PBV tidak cocok jika digunakan:
- Untuk perusahaan rintisan
(startup) atau sektor teknologi.
- Saat perusahaan mengalami
restrukturisasi besar.
- Jika laporan keuangan belum
mencerminkan kondisi sebenarnya (misalnya, perusahaan baru IPO atau
merger).
Kelebihan PBV
- Mudah Dihitung: PBV hanya butuh data harga
saham dan ekuitas perusahaan.
- Berguna untuk Value
Investor: PBV
membantu menemukan saham yang undervalued secara fundamental.
- Cocok untuk Industri
Tertentu:
Seperti perbankan dan real estate.
Keterbatasan PBV yang Harus Dipahami
Sebagai
investor yang cerdas, penting untuk tidak hanya terfokus pada satu metrik. PBV
memiliki beberapa kelemahan yang perlu diperhatikan:
- Tidak Menghitung Aset Tak
Berwujud:
Perusahaan teknologi bisa memiliki aset yang sangat berharga (algoritma, perangkat lunak, merek dagang), tapi itu sering tidak muncul dalam nilai buku. - Beda Industri, Beda Tolok
Ukur:
PBV normal untuk sektor perbankan sangat berbeda dengan sektor makanan atau transportasi. - Kualitas Aset Tidak
Terlihat:
Dua perusahaan bisa punya PBV sama, tapi yang satu punya aset rongsok, dan yang lain punya properti bernilai tinggi. - Tidak Memperhitungkan
Prospek:
PBV hanya bicara kondisi sekarang, bukan potensi pertumbuhan.
Menggabungkan PBV dengan Indikator Lain
Agar
analisis lebih kuat, PBV sebaiknya tidak digunakan sendirian. Beberapa
kombinasi yang berguna antara lain:
- PBV + ROE : Return on Equity tinggi
dengan PBV rendah bisa jadi sinyal menarik.
- PBV + EPS (Earnings Per
Share):
Saham dengan PBV rendah namun EPS stabil menunjukkan undervaluasi sejati.
Baca juga tentang EPS (Earnings Per Share) di artikel kami sebelumnya.
- PBV + Tren Historis: Bandingkan PBV saat ini
dengan rata-rata PBV historis 5 tahun terakhir.
Tips Investor: PBV Tidak Berdiri Sendiri
PBV
adalah salah satu dari banyak alat analisis saham. Gunakan PBV sebagai alat
bantu , bukan penentu utama. Investor sukses seperti Warren Buffett
menggunakan kombinasi metrik: PBV, ROE, margin keuntungan, dan kualitas
manajemen sebelum membeli saham.