1. Analisis Masalah / Pertanyaan Utama
| Skema Greenshoe dan Lock-Up di IPO Saham GoTo |
Ketika GoTo (gabungan Gojek dan Tokopedia) resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2022, banyak investor ritel yang penasaran dengan dua istilah yang cukup sering muncul dalam pemberitaan: greenshoe dan lock-up . Dua mekanisme ini sebenarnya sangat penting dalam proses penawaran umum perdana (Initial Public Offering atau IPO), karena berhubungan langsung dengan stabilitas harga saham di pasar sekunder dan perlindungan terhadap investor jangka pendek maupun panjang.
Namun, tak sedikit yang masih salah memahami fungsi keduanya. Ada yang mengira greenshoe hanya trik untuk menjaga harga saham tetap tinggi, ada juga yang menilai lock-up sebagai bentuk “pengekangan” bagi pemegang saham besar. Artikel ini akan menguraikan kedua konsep tersebut dengan studi kasus IPO GoTo sebagai contoh konkret.
2. Identifikasi Asumsi Tersembunyi
Beberapa asumsi umum yang sering muncul di
kalangan investor pemula adalah:
·
Asumsi 1: Semua saham yang IPO akan langsung diperdagangkan
secara bebas setelah listing.
→ Salah. Faktanya, sebagian saham terkunci dalam periode lock-up untuk menjaga stabilitas pasar.
·
Asumsi 2: Skema greenshoe hanya menguntungkan perusahaan
penerbit saham.
→ Tidak sepenuhnya benar. Skema ini justru dirancang untuk melindungi investor
dari ekstrem pasca-IPO.
·
Asumsi 3: Lock-up membuat investor besar tidak bisa rugi
karena dilindungi.
→ Sebaliknya, lock-up justru mencegah
investor besar melakukan aksi jual masif yang bisa menjatuhkan harga saham.
Mengetahui kesalahan persepsi ini membantu kita memahami peran penting kedua mekanisme tersebut dalam menjaga keseimbangan pasar.
3. Kaji Alternatif dan Kontra-Argumen
A. Skema Greenshoe: Penyangga Harga di Awal Perdagangan
Skema greenshoe
option atau overallotment option
adalah mekanisme yang memungkinkan penjamin emisi (underwriter) membeli saham
tambahan dari emiten—biasanya hingga 15% dari jumlah saham yang
ditawarkan—untuk menstabilkan harga saham di pasar sekunder setelah IPO.
Jika harga saham turun di bawah harga
penawaran awal, underwriter dapat menggunakan greenshoe untuk membeli saham di pasar dan menstabilkan
harga. Sebaliknya, jika harga naik signifikan, mereka bisa menggunakan opsi
untuk menjual saham tambahan dan memanfaatkan permintaan yang tinggi.
Pada IPO GoTo, PT Indo Premier Sekuritas, PT
Mandiri Sekuritas, dan PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk bertindak sebagai
penjamin emisi yang memiliki hak untuk mengaktifkan skema greenshoe . Dalam praktiknya, langkah ini bertujuan menjaga
agar harga saham GoTo tidak tiba-tiba terjadi setelah melantai.
Kontra-argumen:
Sebagian pihak menganggap greenshoe
dapat memanipulasi harga pasar dan menciptakan ilusi stabilitas. Namun dalam
kenyataannya, mekanisme ini bersifat transparan dan diatur secara resmi oleh
OJK serta BEI, sehingga tujuannya bukan untuk menggelembungkan harga, melainkan
untuk menghindari volatilitas ekstrem yang dapat merugikan investor ritel.
B. Periode Lock-Up: Perlindungan Jangka Pendek Bagi Pasar
Lock-up
period adalah jangka waktu tertentu di mana pemegang saham lama (biasanya
investor institusi, pendiri, atau karyawan) dilarang menjual saham mereka
setelah IPO. Tujuannya adalah agar pasokan saham di pasar tidak tiba-tiba
melonjak yang bisa menyebabkan harga jatuh drastis.
Dalam kasus GoTo, periode lock-up berlangsung selama delapan bulan setelah IPO.
Artinya, saham yang dimiliki oleh pendiri, manajemen, dan investor besar
seperti Alibaba, SoftBank, maupun Telkomsel tidak bisa dijual selama periode
tersebut.
Mengapa
penting? Karena ketika saham baru dilepas ke publik, pasar butuh waktu
untuk menyesuaikan diri. Jika semua pemegang saham lama langsung menjual dalam
jumlah besar, harga bisa jatuh karena kelebihan pasokan (oversupply). Dengan
adanya lock-up , stabilitas jangka
pendek dapat terjaga.
Kontra-argumen:
Beberapa kritik berpendapat bahwa ketika lock-up
berakhir, harga saham justru bisa turun tajam karena para pemegang lama mulai
menjual saham mereka. Hal ini memang benar dalam beberapa kasus, namun efeknya
sangat bergantung pada kepercayaan pasar dan kinerja fundamental perusahaan
setelah IPO.
4. Tarik Kesimpulan Logis
Dari penjelasan di atas, kami dapat menarik
beberapa poin penting:
1.
Skema greenshoe
dan lock-up adalah dua mekanisme yang berbeda, tetapi saling melengkapi.
o Greenshoe menjaga stabilitas harga di awal
perdagangan.
o Lock-up menjaga keseimbangan pasokan saham
di pasar selama periode penyesuaian.
2.
Keduanya
berfungsi melindungi investor dan menjaga kepercayaan pasar.
Tanpa mekanisme ini, harga saham GoTo (dan IPO lainnya) bisa sangat fluktuatif
dan menimbulkan kerugian besar bagi investor ritel.
3.
Dalam konteks
GoTo, keduanya menjadi instrumen penting untuk menciptakan transisi yang stabil
dari perusahaan swasta menjadi publik.
Dengan kapitalisasi besar dan jumlah investor yang masif, GoTo memerlukan
sistem pengamanan agar proses IPO berjalan mulus.
4.
Namun, stabilitas
jangka panjang tetap bergantung pada kinerja fundamental perusahaan.
Setelah masa lock-up berakhir, harga
saham akan bergerak mengikuti sentimen pasar dan pencapaian GoTo dalam meraih
profitabilitas.
5. Wawasan Tambahan dan Eksplorasi Lebih
Dalam
A. Dampak Jangka Panjang bagi
Investor GoTo
Bagi investor ritel yang membeli saham GoTo di
masa awal, memahami dua mekanisme ini membantu mereka membuat keputusan
investasi yang lebih rasional. Misalnya, ketika masa lock-up berakhir, investor perlu memperhatikan potensi
tekanan penjualan dari saham yang sebelumnya terkunci. Namun jika kinerja GoTo
menunjukkan perbaikan (misalnya peningkatan pendapatan, efisiensi operasional,
atau strategi bisnis baru), tekanan tersebut dapat dihentikan oleh optimisme
pasar.
B. Pelajaran untuk IPO
Perusahaan Teknologi di Indonesia
IPO GoTo memberikan pelajaran penting bagi
emiten lain di sektor teknologi: pasar Indonesia membutuhkan transparansi dan
manajemen ekspektasi yang baik. Greenshoe
dan lock-up adalah dua alat efektif
untuk mencapainya. Namun pada akhirnya, investor akan menilai perusahaan
berdasarkan nilai intrinsik dan prospek bisnis jangka panjang, bukan hanya
mekanisme pengamanan sementara.
C. Konteks Global: Praktik
Standar di Dunia
Di pasar global seperti AS dan Hong Kong,
skema greenshoe dan lock-up juga merupakan standar praktik. Contohnya, saat IPO
Facebook pada tahun 2012, underwriter seperti Morgan Stanley menggunakan opsi greenshoe untuk menstabilkan harga yang
sempat bergejolak. Ini menunjukkan bahwa mekanisme serupa bukanlah hal yang
aneh, tetapi bagian penting dari ekosistem IPO modern.
Penutup
IPO GoTo menjadi salah satu peristiwa penting
dalam sejarah pasar modal Indonesia, bukan hanya karena skalanya yang besar,
tetapi juga karena memperkenalkan banyak investor baru pada mekanisme
perlindungan pasar seperti greenshoe dan
lock-up .
Dengan memahami kedua konsep ini, investor
dapat menilai pergerakan harga saham pasca-IPO dengan lebih objektif, tanpa
terjebak pada euforia atau ketakutan pada saat itu.
Pada akhirnya, baik greenshoe maupun lock-up
bukanlah jaminan harga saham akan terus naik, melainkan mekanisme penyeimbang
agar pasar tetap sehat dan efisien. Untuk jangka panjang, kinerja fundamental,
inovasi bisnis, dan kepercayaan publik tetap menjadi faktor utama yang
menentukan nilai saham GoTo di mata investor.